Sponsor

Wednesday, September 6, 2017

Sosok Guru "Irfan Hielmy"

K.H. Irfan Hielmy rahimahullah lahir di Ciamis, Jawa Barat, 25 Desember 1931 meninggal dunia, 18 Mei 2010) merupakan seorang ulama besar di Jawa Barat Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, sempat menjabat Ketua MUI Kabupaten Ciamis, Anggota DPRD Kabupaten Ciamis (1967-1972); Anggota MPR RI (1997-1999). Dikenal sebagai satu di antara lima ulama kharismatik Jawa Barat. Empat ulama kharismatik Jawa Barat yg lebih dulu wafat yakni KH. Ilyas Ruhiyat (sesepuh Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya), KH. Anwar Musaddad (sesepuh Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Garut), KH. Drs.Totoh Abdul Fatah Ghazali, S.H., (sesepuh Pondok Pesantren Al-Jawami Cileunyi Bandung), dan K.H. Abdulah Abbas (sesepuh Pondok Pesantren Buntet, Cirebon). K.H. Irfan Hielmy merupakan sesepuh sekaligus ulama kharismatik Jawa Barat yg semakin mengabdikan hidupnya untuk kemaslahatan umat dan bangsa. Selain itu dirinya pun aktif di instansi-instansi pemerintahan dan militer. K.H. Irfan Hielmy juga aktif di beberapa organisasi keagamaan baik di tingkat Kabupaten Ciamis maupun Provinsi Jawa Barat. Sampai akhir hayatnya sebagai pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, suatu Pesantren yg menjadi sentra pendidikan, da’wah dan pembangunan..
Hasil gambar untuk pengasuh darussalam ciamis
Kelahiran
K.H. Irfan Hielmy bin K.H. Ahmad Fadhil Allohu yarham, dilahirkan di Ciamis pada 25 Desember 1933, merupakan ulama besar dari Kabupaten Ciamis, putra dari K.H. Ahmad Fadhil rahimahullah. Lahir di kalangan keluarga yg religius, dirinya mulai mengkaji agama Islam klasik dari ayahanda dia, Kyai Ahmad Fadlil bin H. Abdul Jalal bin Buyut Masitoh. Dari garis keturunan ayahnya, K.H. Irfan Hielmy mempunyai darah ulama. Ibunya bernama Siti Maemunah binti Siti Fatimah binti Uyut Eyang Audaya. Selain mempunyai darah ulama, K.H. Irfan Hielmy juga mempunyai darah adiwangsa dari nenek pihak ayah yg bernama Rd. Natamirah bin Rd. Bratakusumah (Wedana Rancah pada waktu itu)

Putra & Putri
K.H. Irfan Hilmy Allohu yarham mempunyai 3 putra dan 3 putri, yaitu:

Dra. Hj. Eulis Fadlilah jauhar Nafisah, M.Pd.I. lahir (21-04-1957)
Dr. K.H. Fadlil Munawwar Manshur,M.S. lahir (13-02-1960)
Dra. Hj. Ani Hafni Zahra Fadlilah Laila, M.Pd.I. lahir ( 29-08-1963)
K.H. Dr. Fadlil Yani Ainusyamsi, MBA., M.Ag. lahir (05-08-1965)
Hj. Emma Ratna Kania Fadlilah Salma, S.Ag., M.Pd.I. lahir (18-07-1969)
Dase Fadlil Yusdi Mubarak, S.H. lahir (23-01-1972)
Pendidikan[sunting | sunting sumber]
KH Irfan Hielmy rahimahullah semenjak belia menuntut ilmu di beberapa Pesantren, kemudian mendirikan Pesantren bersama ayahanda dia, K.H. Ahmad Fadhil yakni Pesantren Darussalam Ciamis, Jawa Barat. Selain belajar dan mengkaji ilmu-ilmu agama, Kyai Irfan Hielmy juga menekuni pendidikan formal. Ia mengikuti pendidikan dasar di SRN Pamalayan hingga tahun 1945. Pada 1946 belajar di MI Cidewa, kemudian SMEP pada 1952 di Tasikmalaya; 1961 mengikuti UGA di Ciamis, PGA 4 tahun di Ciamis, lulus pada 1964, dan PGA 6 tahun di Ciamis, lulus pada 1965.

Riwayat pekerjaan/jabatan (non/semi/struktural)
Guru PGA Muhammadiyah (1953 - 1954);
Guru SMP PUI Cijantung (1954-1956);
Penilik MI se-Kabupaten Ciamis (1960-an)
kepala sekolah SD PUI Dewasari (1957-1964);
Pembantu Imam Militer (1957-1963);
Roh Res Kepolisian 845 Ciamis (1966-1972)
Anggota DPRD Kabupaten Ciamis (1967-1972)
Kepala Sekolah MAN Darussalam Ciamis (1968-1993);
Dekan Fakultas Syariah Darussalam Ciamis (1970-1973);
Ketua Staf Pengkaderan Dakwah MUI Jawa Barat (1992-1995)
Rektor Institut Agama Islam Darussalam Ciamis (1973-1999)
Anggota MPR RI (1997-1999)
Ketua Umum MUI Kabupaten Ciamis (1998-2010)
Karya Tulis[sunting | sunting sumber]
Bunga Rampai menuju Khairu Ummah (1994.
Dakwah bi al-Hikmah (1997).
Kumpulan Materi Pokok Khutbah Jum'at (1997).
Masyarakat Madani: Suatu Ikhtiar Dalam Menyongsong Era Milenium Baru (1998.)
Pendekatan Keagamaan Dalam Menyelesaikan Masalah Kemasyarakatan (1998).
Ukhuwwah Ahlus Sunnah: Khazanah Aqidah, Moral dan Spiritual dari Pesantren (1999)
Pesan Moral dari Pesantren (1999).
Wacana Islam, Bahan Telaah Anak Bangsa (2000.)
Sentuhan Wahyu, Penyejuk Kalbu (2003), dll.
Pesantren Darussalam[sunting | sunting sumber]
Satu faktor yg acap dikenang oleh alumni Pesantren Darussalam merupakan kebersahajaan pesantren ini dalam keseharian santrinya. Bahkan, semacam yg kerap terucap dari K.H. Irfan Hielmy (Alm)-pendiri Pondok Pesantren Moderen Darussalam yg rutin mengajarkan kebersahajaan- setiap kali mendapatkan kunjungan tamu, rutin disambut dengan kalimat yg sama, seolah menegaskan bagaimana seharusnya santri Darussalam mengambil posisi dengan kerendah-hatian, "selamat datang di kawasan kami, pesantren yg sangat sederhana."

Ihwal kebersahajaan dan kesederhanaan Darussalam nyatanya sama tuanya dengan sejarah pesantren ini. Nun di paruh 1929, 84 tahun silam, K.H. Ahmad Fadlil (wafat th. 1950), ayahanda K.H. Irfan Hielmy (wafat tahun 2010), mengawali kisah kebersahajaan dengan suatu masjid dan suatu bilik sebagai asrama. Santri yg pertama kali mondok merupakan pemuda-pemuda setempat yg tak hanya diajari ilmu-ilmu agama, akan namun diajak mengolah sawah, bercocok tanam dan diberi contoh bagaimana merawat bilik dan memakmurkan masjid. Pesantren Tjidewa, sebutan untuk komunitas baru itu, dengan cepat mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat kurang lebih dan lebih tak sedikit lagi santri yg mondok.

Adalah suami-istri Mas Astapradja dan Siti Hasanah yg mewakafkan tanahnya di Kampung Kandanggajah, Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis Jawa Barat terhadap K.H. Ahmad Fadlil. Dibantu oleh masyarakat dan santri, Pesantren Cidewa menapaki guratan sejarah dengan optimisme menghapus benalu yg menempel dalam aliran Islam.

Menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, di Pesantren Cidewa telah mondok 400 orang-orang santri yg mengaji ilmu tafsir, ilmu hadits, sejarah dan rasio madzhab, di samping kitab-kitab ilmu sharaf dan ilmu nahwu.

Keputusan K.H. Ahmad Fadlil dengan hanya mendapatkan santri putra tak terlepas dari keadaan ketika itu yg tak dapat terlepas dari kontelasi keamanan dampak penjajahan Belanda. Akan namun sebab didorong oleh harapan untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajah dan ditambah dengan meluapnya semangat santri untuk menghalau Belanda, K.H. Ahmad Fadlil juga mengajarkan taktik berdiplomasi menanggulangi tekanan penjajah. Apalagi dengan kemampuannya berbahasa Belanda yg didapat dari kakeknya semenjak di Sekolah Rakyat (Vervolg School)- dengan mudah dapat menyerap beberapa info yg nanti bermanfaat sebagai modal berdiplomasi.

Lebih dari itu, penguasaan terhadap teks berbahasa Arab telah tampak semenjak Ahmad Fadlil belia sukses menghapalkan kitab-kitab semacam Jauharul Maknun, 'Uqudul Juman, Talkhisul Miftah dan syair-syair nya. Bahkan, pada usia 31 tahun ia telah sukses menerjemahkan Qashidah Burdah karya Muhammad Said al-Busyiri. Sampai sekarang, Qashidah Burdah berbahasa sunda yg merupakan karya terjemahan masterpiece K.H. Ahmad Fadlil tetap terdengar dibaca dan didendangkan oleh santri-santri di tak sedikit pesantren tradisional khususnya di Jawa Barat.

Melalui sejarah yg panjang (berdiri tahun 1929 oleh K.H. Ahmad Fadlil), ketika ini Pondok Pesantren Darussalam telah berkembang dan mencapai kemajuan yg sangat menggembirakan. Pondok Pesantren yg pada awal berdirinya hanya mempunyai suatu rumah kawasan tinggal Kiayi, suatu masjid dan suatu asrama (pondok) yg sederhana, ketika ini telah mempunyai fasilitas bangunan yg relatif lengkap dan beberapa di antaranya lumayan megah.

Disamping peningkatan fasilitas dan sarana pendidikan untuk santri, faktor yg sangat penting lain merupakan pengembangan sistem pendidikannya. ketika di tak sedikit Pondok Pesantren lain tetap mengkhususkan pada pengajian kitab, Pesantren Darussalam mulai merintis untuk menyelenggarakan pendidikan formal. Maka semenjak dasawarsa 60-an, Pesantren Darussalam mulai memodernisasikan sistem pendidikannya dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal.

Pada tahun 1967, mulai dirintis penyelenggaraan sistem pendidikan modern dengan mengadaptasi model klasikal dan hingga ketika ini semua jenjang pendidikan dar mulai Taman Kanak-kanak (TK) (di Pesantren Darussalam disebut Raudlatul Athfal/RA) hingga perguruan tinggi telah ada di pesantren ini.

Lembaga pendidikan formal yg pertama didirikan merupakan Raudlatul Athfal (Taman Kanak-kanak) pada tahun 1967, kemudian pada tahun 1968 berdiri Madrasah Ibtidaiyah/MI (setingkat SD), lalu Madrasah Tsanawiyah Darussalam/MTsD (setingkat SMP) pada tahun 1968. kemudian berdiri Madrasah Aliyah Negeri Darussalam (setingkat SMA) pada tahun 1969. Selanjutnya didirikan SMA Plus Darussalam yg merupakan lembaga pendidikan swasta pada tahun 2003. Sedangkan Pendidikan Tinggi (PT) di Pondok Pesantren Darussalam merupakan berbentuk Institut yg didirikan pada tahun 1970, dengan nama Institut Agama Islam Darussalam Ciamis (IAID) yaitu Perguruan Tinggi Agama Islam yg menggabungkan pendidikan akademik dengan pendidikan kepesantrenan, yaitu Pondok Pesantren Darussalam. Disamping itu, pada tahun 1995 diselenggarakan pula Ma'had 'Aly, yaitu pendidikan tinggi Pesantren Darussalam. Mahasantri Ma'had 'Aly ini terdiri dari lulusan Madrasah Aliyah dan para mahasiswa Institut Agama Islam Darussalam dari beberapa fakultas yg memenuhi persyaratan, di antaranya telah sanggup menyimak kitab-kitab kuning.[2]

Kini telah ribuan alumni yg tersebar di beberapa penjuru nusantara dan berkiprah dalam beberapa bidang kehidupan dengan tak melupaka pesan-pesan dirinya rahimahullah. Satu di antara tokoh belia alumni Pondok Pesantren Darussalam Ciamis di bidang pendidikan diantaranya, Dr. Abad Badruzaman, Lc., M. Ag, kelahiran Ciamis 4 Agustus 1973 merupakan Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab & Dakwah IAIN Tulungagung Jawa Timur.[3]

Meninggal
K.H. Irfan Hielmy rahimahullah, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis Jawa Barat Indonesia, wafat, Selasa, 04 Jumaadil Awwal 1431 Hijriyah/ 18 Mei 2010, pukul 06:10 WIB dalam usia 79 tahun.[4] di kediaman putra ketiganya, K.H. Dr. Fadlil Yani Ainusyamsi, MBA., M.Ag, di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis . Kepergian almarhum untuk selama-lamanya menyisakan tangis bagi ribuan santri, alumni, dan warga Ciamis yg memadati kompleks Pondok Pesantren Darussalam waktu itu. Sebelum kepergiannya, almarhum sempat dirawat di beberapa rumah sakit yg berbeda. Dia sempat dirawat di RSHS Bandung sebab penyakit liver. Sejak lama dirinya terbukti mengidap penyakit liver dan gangguan pencernaan lain. Bahkan sebelum kepergiannya, dirinya juga sempat dirawat di rumah sakit di Tasikmalaya.

K.H. Irfan Hielmy dalam Pandangan Tokoh
Prof. Dr. H. Endang Soetari Ad, M.Si,Rektor IAIN Sunan Gunung Djati periode (1995-2003) yg lahir di Ciamis, 11 Agustus 1945 menyatakan, bahwa K.H. Irfan Hielmy rahimahullah merupakan ulama teladan yg menjadi panutan dan pigur keilmuan dan keluhuran akhlak, ‘Ulama yg menjadi pewaris nilai-nilai kejuangan Rasulullah SAW. Kami dari jajaran Wargi Galuh Puseur, baik rengrengan Pangaping, Pakar, dan Pangurus, tak jarang mendapat pesan yg tersirat dirinya untuk turut memikirkan pengembangan Tatar Galuh, untuk menuju Mahayunan Ayuna Kadatuan.[5]

0 Komentar:

Post a Comment

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online