Sponsor

Sunday, September 3, 2017

USWATUN HASANAH

Uswatun Hasanah adalah sebuah konsep moralitas yang ditawarkan oleh Islam. Sebelum Islam hadir di Makkah, pola perilaku pemimpin dan masyarakat saat itu adalah militeristik dan kesukuan. Kemudian Islam hadir membawa pola interaksi baru yang mengedepankan moralitas dan contoh teladan yang baik.
Islam adalah agama yang mengedepankan kekuatan moralitas. Sehingga, kekuatan keteladanan seorang pemimpin menjadi hal yang utama dari pada kekuatan politik. Dalam konsep ini, idealnya, seorang pemimpin diikuti karena kekuatan moralnya, bukan karena kekuatan politiknya.
Menurut Prof. Dr. Said Aqil Siradj, dalam bukunya Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Uswatun Hasanah adalah gerakan moral yang bersifat soft-Power, yaitu menjunjung tinggi keteladanan, penegakan hak asasi manusia dan ahklak mulia. Inilah misi terbesar Nabi Saw, sebagaimana ditegaskan dalam hadis Nabi SAW “Tidaklah aku diutus kecuali hanya untuk menyempurnakan akhlak yang luhur”.
Dalam posisinya sebagai agama yang menjunjung tinggi moralitas, Al-qur’an telah menjelaskan “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu Uswatun Hasanah(suri teladan) yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS 33 :21). Ayat ini menyatakan, Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin harus dijadikan suri teladan karena kepribadian, ucapan dan tingkah lakunya, bukan karena kekuatan bala tentaranya.
Suatu hari, Nabi Muhammad SAW pernah berdiri dari tempat duduknya, saat jenazah non muslim diangkat melintas di hadapannya. Sikap ini adalah penghormatan seorang pemimpin sebagai bentuk komitmen terhadap moralitas, meskipun kepada non muslim yang sudah meninggal
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi menulis sebuah Hadis dari Anas, R.A., ia berkata :”Saya belum pernah memegang sutera, baik yang tebal maupun tipis, yang lebih halus dari tangan rasulullah Saw., dan saya belum pernah mencium bau seharum bau Rasulullah Saw. Saya pernah menjadi pelayan Rasulullah Saw. Selama puluhan tahun, beliau tidak pernah mengatakan “hus” kepada saya, atau menegur dengan ucapan “kenapa kamu berbuat seperti itu,” terhadap apa yang saya kerjakan, dan beliau juga tidak pernah menegur dengan ucapan “kenapa kamu tidak pernah berbuat demikian,” terhadap apa yang tidak saya kerjakan”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Komitmen moralitas Nabi Saw juga selalu tampak dari kehidupan sehari-harinya, beliau selalu tersenyum,  mengasihi yang lemah, menjunjung hak asasi dan menegakkan keadilan. Seorang sahabat, Abdullah bin Harits, pernah menceritakan tentang Rasulullah SAW, "Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah SAW." (HR Tirmidzi)
Ayat, Hadis  dan Cerita di atas memberikan resep kepada setiap pemimpin untuk menggunakan soft-power “moralitas”. Konsepsi ini patut dijadikan pijakan oleh setiap pemimpin. Sehingga, muncul pola interaksi yang santun antara pemimpin dan yang dipimpin.
Dengan pendekatan Uswatun Hasanah dan kekuatan moralitas, pemimpin dituntut untuk selalu menjadi teladan yang baik bagi rakyat dan lingkungan sekitarnya. Sehingga melahirkan sikap bijaksana, pembela yang lemah, serta mengerti saat yang tepat untuk akomodatif dan saat yang tepat untuk defensif dari kritikan rakyat.

Wallahu 'alam bishsawab

0 Komentar:

Post a Comment

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online